vmoney – Rencana pembangunan Trem Otonom Terpadu (TOT) di Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan Timur terancam dihentikan dan dikembalikan. Proyek transportasi berbasis trem ini, yang sebelumnya digadang-gadang sebagai solusi transportasi ramah lingkungan dan modern untuk IKN, mengalami beberapa kendala yang memaksa pemerintah untuk mempertimbangkan kembali kelanjutannya.
Sumber dari Kementerian Perhubungan menyebutkan bahwa keputusan ini sebagian besar dipicu oleh beberapa masalah teknis yang terjadi dalam uji coba sistem trem otonom. Teknologi trem tanpa pengemudi ini ternyata belum sepenuhnya siap untuk beroperasi di lapangan. Sistem navigasi dan keselamatan yang diandalkan oleh trem tersebut masih memerlukan penyempurnaan, terutama dalam hal integrasi dengan kondisi geografis dan cuaca di IKN yang khas.
Selain itu, masalah pembengkakan biaya juga menjadi salah satu faktor utama medusa88. Proyek ini awalnya diproyeksikan memerlukan anggaran sekitar Rp 8 triliun, namun estimasi terbaru menunjukkan angka yang jauh lebih besar, hingga menyentuh Rp 12 triliun. Kenaikan biaya ini didorong oleh kebutuhan akan infrastruktur tambahan serta penyesuaian teknologi yang lebih canggih dari perkiraan awal.
Dalam pernyataannya, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menyatakan bahwa pemerintah tidak ingin terburu-buru mengambil keputusan akhir terkait proyek ini. “Kita masih dalam tahap evaluasi menyeluruh. Keputusan ini penting untuk memastikan bahwa teknologi yang digunakan benar-benar aman, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan transportasi di IKN ke depan,” ungkapnya.
Sementara itu, pihak pengembang proyek, yang terdiri dari konsorsium perusahaan lokal dan asing, menyatakan kesiapannya untuk mengikuti keputusan pemerintah. Mereka juga menegaskan komitmennya untuk terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan teknologi yang ada agar dapat memenuhi standar yang diinginkan.
Sebagai alternatif, pemerintah saat ini sedang mengkaji penggunaan moda transportasi lain yang lebih konvensional namun tetap ramah lingkungan, seperti bus listrik atau kereta ringan (light rail transit/LRT). Beberapa pihak menilai bahwa penggunaan teknologi yang sudah lebih teruji ini dapat menjadi solusi yang lebih realistis dalam jangka pendek, sembari menunggu teknologi trem otonom siap sepenuhnya.
“Prioritas utama kami adalah memberikan akses transportasi yang andal dan efisien bagi warga IKN, serta memastikan bahwa seluruh infrastruktur mendukung keberlanjutan lingkungan,” kata Kepala Otorita IKN, Bambang Susantono.
IKN yang dirancang sebagai kota masa depan dengan konsep “smart city” dan “green city” tentu memiliki tantangan besar dalam hal transportasi. Trem Otonom Terpadu awalnya dipandang sebagai simbol dari upaya IKN untuk beralih ke transportasi berbasis energi terbarukan dan teknologi tinggi. Namun dengan adanya potensi pembatalan proyek ini, visi tersebut mungkin perlu disesuaikan.
Para ahli transportasi mengingatkan bahwa transformasi menuju transportasi ramah lingkungan memerlukan perencanaan matang dan tidak bisa sepenuhnya bergantung pada teknologi baru yang belum teruji. “Kita perlu memastikan bahwa teknologi yang diterapkan sudah siap untuk dioperasikan dalam skala besar, dan proyek IKN ini seharusnya menjadi contoh terbaik bagi kota-kota lain di Indonesia,” kata Indra Widjaya, pakar transportasi dari Universitas Indonesia.
Dengan segala kendala yang muncul, kelanjutan proyek Trem Otonom Terpadu di IKN kini berada di ujung tanduk. Pemerintah masih dalam proses evaluasi untuk memutuskan apakah proyek ini akan dilanjutkan atau dikembalikan. Meskipun proyek ini menjanjikan masa depan transportasi yang lebih canggih, tantangan teknis dan biaya yang membengkak menjadi penghalang utama.
Untuk sementara waktu, IKN mungkin akan lebih fokus pada pengembangan moda transportasi lain yang lebih konvensional, namun tetap mendukung visi kota ramah lingkungan. Keputusan final mengenai nasib trem otonom ini akan sangat menentukan arah pembangunan infrastruktur transportasi di IKN ke depan.